Wednesday 9 July 2014

5 Tips Belanja Menjelang Hari Raya

Hari raya idul fitri atau yang umum disebut lebaran merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh mayoritas masyarakat Indonesia yang memang sebagian besar adalah pemeluk agama islam. Hari raya idul fitri menurut saya identik dengan tiga hal, pertama mudik, kedua kue lebaran, dan ketiga belanja. Disini saya akan membahas sedikit soal belanja menjelang lebaran yang memang tidak bisa lepas juga dari kebiasaan saya dan keluarga.

Entah pemikiran darimana, seolah-olah hari raya idul fitri itu mengharuskan kita mengenakan pakaian baru, baik untuk shalat Id, maupun untuk hal-hal lainnya. Padahal tidak ada anjurannya untuk menggunakan pakaian baru saat hari raya, seperti berikut ini:
Imam Syafie r.h berkata:
“Aku lebih menyukai seseorang memakai pakaian terbaik yang dimilikinya pada hari-hari raya, iaitu pada hari Jumat, dua hari raya (Idul adha dan idul fitri) dan tempat diadakan majlis (seperti majlis pernikahan). Dia hendaklah memakai baju yang bersih dan memakai wangi-wangian.” – Rujuk Ringkasan Kitab Al-Umm, Imam al-Syafi’I.


Terbaik, bukan berarti harus yang terbaru bukan? Kembali lagi ke masing-masing orang sih. Bagi saya, belanja dihari-hari mendekati lebaran itu lebih seperti tradisi. Rasanya ada yang kurang jika tidak belanja baju baru dalam nuansa ramadhan dan tidak memakainya di kampung halaman. Dan saya yakin, bukan hanya saya yang merasakan hal tersebut. Nah, memasuki minggu kedua ramadhan, biasanya pusat perbelanjaan akan makin ramai diserbu masyarakat. Tentunya berbeda dong belanja saat puasa dan saat tidak puasa. Berikut saya akan berbagi tips berbelanja menjelang hari raya:

1. Jangan Belanja Saat Weekend
Orang yang belanja saat weekend sudah pasti akan membludak, karena mayoritas orang yang bekerja akan berbelanja saat hari Sabtu atau Minggu. Belum lagi orang-orang yang berbelanja membawa serta anak-anaknya. Akan semakin ramai dan berisik tentunya. Sempatkanlah waktu satu atau setengah hari untuk berbelanja di luar waktu weekend.

2. Belanja dengan Sesedikit Mungkin Orang
Belanja dengan sedikit orang akan lebih efisien, apalagi ketika kita dalam keadaan berpuasa. Karena semakin banyak orang yang kita ajak belanja, maka akan semakin lama kita berada di pusat perbelanjaan. Logikanya begini, misal kita mencari kemeja, tentunya kita akan mencari sampai yang cocok mulai dari ukuran hingga harganya bukan? Untuk mendapatkan yang cocok itu, biasanya kita tidak hanya datang ke satu toko. Belum lagi kita mencobanya, di satu toko aja kadang bisa nyoba lebih dari satu jenis kemeja. Belum tawar menawarnya. Kadang modelnya cocok, harganya ngga cocok atau sebaliknya. Banyak deh pertimbangannya, apalagi buat para wanita tuh. Kebayang kan gimana tambah ribetnya kalo kita belanja dengan banyak orang? Apalagi situasinya lagi puasa, pasti jadi bakal makin kerasa panas, pegel, dan hausnya deh.

3. Bawa Tas Ransel
Ini menurut saya penting untuk lebih memudahkan kita selama belanja. Jadi kita ngga perlu repot-repot nenteng belanjaan berplastik-plastik. Selain bikin tangan pegel, juga ada resiko ketinggalan saat kita lagi belanja di toko lain. Kalau bawa tas ransel, habis beli kalau perlu ngga usah dimasukin kantong plastik, langsung aja masukin barangnya ke ransel. Bawanya pun juga enak, ngga ribet, all in one, apalagi untuk orang-orang yang menggunakan kendaraan umum, lebih aman juga bukan?

4. Pakai Pakaian Senyaman Mungkin
Ini sih udah pasti yaa, cuma heran aja gitu kadang masih ketemu sama orang yang lagi belanja di pusat perbelanjaan (bukan mall) tapi dandanannya heboh banget. Padahal kan itu bakal ngeribetin dirinya sendiri. Kalau mau lebih simple lagi, lebih enak pakai kemeja saja saat belanja. Kenapa kemeja? Karena seandainya kita mau mencoba barang yang akan kita beli, akan lebih mudah jika pakai kemeja untuk ganti-gantinya. Apalagi untuk para pengguna jilbab, saat belanja sebaiknya pakai jilbab yang sederhana saja, supaya ngga repot juga kan saat nyoba-nyoba baju. Hindari juga pakai sendal karena bisa berisiko terinjak-injak dan putus sendalnya.

5. Beli Makanan Berbuka Satu Jam Sebelum Adzan Maghrib
Untuk yang berencana berbelanja sampai malam, hal ini penting karena menjelang adzan maghrib, sudah bisa dipastikan semua outlet makanan pasti penuh. Untuk menghindari hal tersebut dan bikin kita jadi ketinggalan berbuka, mendingan beli makanan berbuka atau takjil sekitar satu jam sebelum adzan maghrib. Simpan aja di ransel kita dulu, cari tempat yang nyaman, dan berbuka aja dulu disitu. Kemudian sholat maghrib, baru deh lanjutin belanja atau makan dulu. Setidaknya kita ngga desek-desekan dan rebutan beli makanan saat menjelang berbuka.

Semoga tips-tips di atas bermanfaat buat kalian yang berniat belanja sebelum lebaran. Jangan sampai puasa kita batal hanya gara-gara belanja yaa. Jika malas belanja di pusat perbelanjaan, bisa juga di online shop, tips di atas ngga akan terpakai tentunya. Beberapa resiko belanja di online shop adalah rawan penipuan, ukuran ternyata tidak sesuai, dan terkadang waktu sampai barangnya juga tidak sesuai. Kembali lagi sesuai selera para pembaca tentunya. Selamat berbelanja!

PILPRES 2014 di mata saya.

Sekitar 5-6 bulan yg lalu, saya sempet berpikiran dan menyuarakan pemikiran saya yg seperti ini, "ah kenapa sih di pilpres pertama gue ngga ada calon yg bagus? ngga usah milihlah kalo begini". Yap, saya pernah se-apatis dan se-pesimis itu sama dunia perpolitikan negara ini. Bukan berarti saat Pemilu 2009 saya melihat calonnya itu bagus, engga juga. Tapi kan waktu itu saya belum punya hak pilih, jadi ngga terlalu mikirin gitu.

Sampai ketika Pileg 9 April kemarin, saya dihadapkan sama kenyataan bahwa saya harus milih. Saya udah 20 tahun dan dinilai sudah cukup dewasa untuk memberikan suara. Awalnya saya ngga tau mau milih siapa, karena jujur aja saya ini orang yang buta politik. Keluarga saya jarang banget ngebahas-bahas masalah politik. Tapi beruntungnya saya punya temen-temen di dunia nyata maupun dunia maya yang bisa bikin saya setidaknya "melek" sedikit demi sedikit soal politik negeri ini. Dan akhirnya saya menetapkan pilihan. Dari 3 surat suara yg ada, saya hanya mencoblos satu yaitu yg DPR RI, dua lainnya saya tetep golput karena saya masih "ngantuk" sama politik. Dan saya sadar, pilihan saya saat pileg kemarin bukanlah sesuai hati nurani maupun sesuai fakta/informasi yang saya cari. Saya memilih salah satu partai (tanpa memilih calon legislatifnya) karena salah satu selebtwit yg saya follow mendukung partai itu. Sempit sekali bukan pikiran saya saat itu?

Tapi justru dengan kejadian itu, saya mikir bahwa saya harus lebih melek soal apa aja yg terjadi di politik negeri ini. Karena ternyata yg saya liat, pemilu 2014 ini tuh bener-bener pesta demokrasi. Saya ngeliat masyarakat tuh ngga lagi milih sekedar milih, tapi ya bener-bener memperjuangkan pilihannya, membela, mencari tau fakta, menyebarkan informasi, dan mengajak masyarakat lain yg masih buta untuk sadar kalo milih tuh perlu loh.
Sampai pada diumumkannya dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Makin rame aja nih masyarakat khususnya di sosial media menyuarakan pendapatnya. Segala macem pemikiran di tweet, dari yg masih rasional sampe yg bener-bener irrasional dan cuma bikin ketawa sambil geleng-geleng aja bacanya. Makin kesini, makin rame, masuk masa kampanye, makin seru. Semua orang ingin terjun langsung ke dalam pesta, mereka sadar mereka diundang dan mereka ingin menikmati pestanya.

Prabowo-Hatta untuk pasangan nomor urut 1 dan Jokowi-JK untuk pasangan nomor urut 2. Dari kebutaan saya soal politik, saya ngga serta-merta bisa menentukan pilihan. Selebtwit yg "mempengaruhi" pilihan saya saat pileg ternyata mendukung sisi kiri, sisi yg partainya saya pilih saat 9 April. Sempat terlintas juga pemikiran gini, "Yaelah Pak Jokowi urusin Jakarta aja dulu deh, baru 2019 nyapres lagi", tapi apa? Pemikiran itu tetep ngga bisa bikin saya menentukan pilihan. Saya sadar saya ngga mau ngulang kesalahan pileg 9 April dimana saat itu saya milih asal milih dan cuma karena terpengaruh selebtwit.

Saya mulai cari informasi tentang masing-masing calon, banyak hal positif untuk kedua calon tapi banyak pula hal negatifnya. Saya ngga ngerti apakah itu fakta atau fitnah belaka, yg jelas semakin hari semakin beragam informasi yg saya baca mengenai masing-masing calon.
Lalu ketika partai-partai lain memberikan dukungannya, saya lihat kok banyak sekali yg dukung sisi kiri? Apa emang mereka ini bagus? Ah, tapi kenapa yg mendukung orang-orang yg "begitu"? Makin galau. Yap, pilpres kali ini bisa bikin saya galau.

Akhirnya entah kapan tepatnya, entah apa dasarnya, entah siapa pemicunya, tiba-tiba saya ingin pilih dan dukung sisi kanan. Lalu saya sadar, tidak ada apa atau siapa atau mengapa yg memicu saya menjatuhkan dukungan ke sisi kanan. Setelahnya baru saya mencari berbagai fakta dan informasi lagi kenapa saya harus yakin dengan sisi kanan. Dan ya, semua informasi dalam bentuk apapun semakin meyakinkan saya bahwa saya berada di pihak yg tepat dan saya tidak salah memilih. Hati nurani berbicara? Ya, tampaknya sesederhana itu alasan saya memilih sisi kanan. Karena seperti yg pernah diungkapkan seseorang kepada saya, "apa yg disampaikan dari hati akan sampai juga ke hati". Dan menurut saya, Pak Jokowi selama ini berbicara dan melakukan semuanya dari hati, sehingga apapun yg beliau lakukan sampai juga ke hati saya dan mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia. Setidaknya jika pilihan saya tidak menang, saya percaya pilihan saya tidak salah.

Tapi pilihan dan keyakinan saya mendukung sisi kanan saat itu hanya sebatas untuk diri saya sendiri, mungkin ada beberapa orang dekat yg tau, tapi ya hanya sebatas itu. Sampai akhirnya saya melihat video yg diunggah di youtube yg berjudul "Anies Baswedan's Great Speech: Mengapa Jokowi?", dan disitu saya sadar saya tidak boleh hanya diam ketika saya yakin pilihan saya benar, harusnya saya mengajak orang lain juga untuk "melek" soal calon pemimpin mereka. Mungkin saya agak terlambat bergabung dengan hingar-bingar pesta ini, tapi saya tau saya tidak menyesal ikut terjun ke dalamnya. Saya ikuti debat dengan serius, saya baca review-nya, saya cari banyak informasi lainnya, dan apa yg saya dapat? Saya semakin yakin saya ada di sisi yg tepat, dan itu tidak boleh saya simpan sendiri.

Dukungan untuk sisi kanan saya lihat semakin banyak dan semakin kuat. Banyak momen momen yg bikin saya merinding, salah satunya Konser Salam Dua Jari yg diadakan di Gelora Bung Karno, Sabtu 5 Juli lalu. Masyarakat dari berbagai kalangan begitu antusias mendukung, membela, dan siap berdiri di belakang Pak Joko Widodo. Masyarakat secara sukarela, tanpa dibayar dan diiming-imingi apapun siap mendukung sisi kanan. Saya semakin yakin bahwa apa yg disebut "People Power" itu ada, dan itu ngga bisa dibeli oleh apapun karena semuanya berdasarkan hati nurani. Sekali lagi saya semakin yakin dengan pilihan saya. Bahkan yg ternyata diluar dugaan adalah artis dan musisi luar negeri banyak juga yg mendukung sisi kanan, riuhnya media sosial khususnya twitter belakangan ini nampaknya membuat mereka ngikutin juga keseruan pesta kita. Makin yakin dong sama pilihan saya.

Hari ini, 9 Juli 2014, puncak dari pesta yg saya ikuti. Mungkin seperti nonton bola, ini saatnya laga final. Mungkin seperti pergantian tahun, ini saatnya menghitung detik-detik pergantian tahun. Mungkin seperti nonton SUCI, ini saatnya pengumuman pemenang. Saya sudah memilih, bukan lagi berupa dukungan yg tadinya hanya saya suarakan, tapi secara resmi dengan cara mencoblos surat suara. Tinta di jari saya membuktikan itu. Dan sore ini, saya melihat hasil perhitungan cepat suara di televisi, masih belum fix memang, tapi ternyata sisi kanan mendapat suara sekitar 5% lebih banyak dari lawannya.

Saya mengucap syukur, sedikit terharu, serta merasa luar biasa bangga. Bukan, bukan terhadap Pak Jokowi, tapi terhadap masyarakat Indonesia yg telah membuat pesta ini begitu meriah. Maka ijinkan saya mengucapkan terimakasih kepada kalian, wahai masyarakat Indonesia, yg telah menyemarakkan pesta pertama saya sedemikian rupa, baik itu sisi kiri maupun kanan. Terimakasih untuk kedua pasang calon yg telah mampu merubah pikiran awal saya tentang tidak ada calon yg bagus menjadi kegalauan karena kalian sama-sama hebat. Serta terimakasih kepada seluruh teman-teman saya baik di dunia nyata maupun maya atas tukar pikiran dan pendapatnya.

Akhirnya ijinkan saya mengucapkan selamat, kepada Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla atas kemenangannya. Walaupun dapat saya katakan ini adalah kemenangan seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya milik mereka. Selamat, Pak, semoga amanah yg kami berikan kepada bapak berdua dapat dilaksanakan dengan baik. Semoga bapak semakin dapat membuktikan kepada kami bahwa kami memang memilih yg benar. Dan semoga bapak berdua selalu diberikan kesehatan sehingga semua urusannya dapat berjalan lancar. Sukses terus, Pak! Dan semoga kita sebagai masyarakat Indonesia yg dari kemarin menyatakan dukungannya kepada sisi kanan dapat membantu Pak Jokowi dalam melaksanakan tugasnya, semoga kita tidak hanya bisa mengkritik tanpa memberikan solusi nyata.

Terimakasih kawan-kawan, Salam Dua Jari.